Garuda Indonesia

Garuda Indonesia Tambah Rute Baru dan Optimalkan Bandara Halim

Garuda Indonesia Tambah Rute Baru dan Optimalkan Bandara Halim
Garuda Indonesia Tambah Rute Baru dan Optimalkan Bandara Halim

JAKARTA -  PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk menyiapkan sejumlah langkah strategis menjelang akhir 2025 dengan membuka rute baru yang dinilai menguntungkan sekaligus menutup rute yang tidak memberikan keuntungan.

Selain itu, pemanfaatan Bandara Halim Perdanakusuma akan ditingkatkan untuk memberikan kemudahan bagi pelanggan, terutama para pelaku bisnis yang membutuhkan akses cepat ke pusat kota.

Direktur Niaga Garuda Indonesia, Reza Aulia Hakim, menjelaskan bahwa maskapai akan membuka rute baru dari Bandara Halim Perdanakusuma menuju Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II di Palembang, Sumatera Selatan. Sementara itu, rute-rute yang tidak dianggap menguntungkan akan dihentikan operasionalnya.

“(Kami) melakukan tutup rute yang tidak menguntungkan. Akhir tahun akan ada beberapa rute tambahan yang kami hentikan operasionalnya, restrukturisasi intra-Papua,” kata Reza Aulia Hakim.

Meski demikian, Reza menegaskan bahwa detail rencana penutupan rute masih dalam tahap kajian karena kondisi pasar yang dinamis. Maskapai mempertimbangkan kondisi persaingan di tiap rute serta potensi profitabilitas sebelum mengambil keputusan akhir.

Sebelumnya, Garuda Indonesia sudah membuka beberapa rute baru hingga Agustus 2025. Salah satunya adalah rute Jakarta–Samarinda melalui Bandara Soekarno-Hatta ke Bandara Aji Pangeran Tumenggung Pranoto di Samarinda. Ada pula rute dari Bandara Halim Perdanakusuma ke Bandara I Gusti Ngurah Rai di Bali.

“Jadi, saat ini, kami melakukan beberapa kajian ya, bagaimana kami bisa hadir di tengah masyarakat, khususnya rute yang memang memiliki pangsa pasar baik. Kami juga lihat akan profitable,” ujar Reza.

Peningkatan layanan dari Bandara Halim Perdanakusuma menjadi fokus utama Garuda Indonesia karena lokasinya yang lebih dekat ke pusat kota dibanding Bandara Soekarno-Hatta. Banyak masyarakat dan pelaku bisnis meminta tambahan penerbangan dari bandara tersebut.

“Di mana posisi Halim Perdanakusuma lebih dekat ke tengah kota. Banyak permintaan juga dari masyarakat bagaimana kami bisa menambah penerbangan di Halim Perdanakusuma,” jelas Reza.

Untuk rute internasional, Garuda Indonesia masih memprioritaskan pengembangan jaringan domestik karena pangsa pasar di dalam negeri dianggap cukup besar, sehingga masih ada ruang untuk mengoptimalkan potensi yang ada. Pada 2025, pangsa pasar domestik Garuda Indonesia tercatat sebesar 11,6 persen, berada di bawah Lion Group yang menguasai sekitar 60 persen pangsa pasar nasional.

Garuda Indonesia juga berencana memperluas kerja sama dengan maskapai global. Saat ini, sedikitnya ada tiga maskapai mitra, yakni JetBlue dari Amerika Serikat, Riyadh Air dari Arab Saudi, dan Virgin Atlantic dari Inggris.

Selain itu, penambahan armada menjadi agenda utama tahun ini. Pada 2024, Garuda Indonesia menambah dua armada, kemudian di bawah manajemen baru hingga Agustus 2025, penambahan lima armada kembali dilakukan sehingga total armada mencapai 78 unit.

“Sepanjang 2025, kami menargetkan total terdapat tujuh armada baru, merupakan penambahan pesawat terbanyak Garuda Indonesia pascapandemi,” kata Reza. Maskapai juga akan mempercepat penghidupan kembali armada yang sebelumnya grounded, sehingga biaya yang ditimbulkan oleh pesawat tidak terpakai dapat diminimalkan.

Pengamat penerbangan Gatot Raharjo menilai langkah ini tepat. Garuda Indonesia memang membutuhkan tambahan armada agar operasional lebih optimal, dengan perkiraan ideal 80 pesawat berlorong tunggal (narrow body) dan 20–25 pesawat berlorong ganda (wide body).

“Hanya saja yang harus diwaspadai adalah penggunaannya nanti. Jangan sampai saat penggunaan load factor (tingkat keterisian) malah turun dibanding yang sekarang, sehingga maskapai bisa rugi,” kata Gatot.

Rute yang menguntungkan menjadi prioritas sebelum membuka rute baru agar operasional cepat mendatangkan profit. Rute baru biasanya membutuhkan waktu untuk mencapai titik break-even.

Selain itu, Garuda Indonesia berencana memaksimalkan pemanfaatan Bandara Halim Perdanakusuma. Langkah ini didorong oleh keberhasilan maskapai lain seperti Citilink dan Lion Group yang berkembang di bandara tersebut. 

Sebelumnya, Kementerian Perhubungan meminta sebagian penerbangan berjadwal dipindahkan ke Bandara Soekarno-Hatta yang telah direnovasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik di kedua bandara.

“Pada prinsipnya operator penerbangan menyetujui,” kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Lukman F Laisa. Perpindahan ini efektif mulai 1 Agustus 2025, dan informasi terkait disebarluaskan agar masyarakat, khususnya penumpang yang biasa terbang dari Halim Perdanakusuma, dapat menyesuaikan diri.

Dengan strategi ini, Garuda Indonesia menegaskan komitmennya untuk menghadirkan layanan penerbangan yang efisien, memaksimalkan armada dan rute, sekaligus menjaga konektivitas antar kota. Penambahan armada, optimasi bandara, dan fokus pada rute domestik dipandang sebagai langkah kunci untuk memastikan maskapai tetap kompetitif dan profitable di tengah persaingan industri penerbangan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index