JAKARTA - Gang Apandi, sebuah kawasan ikonik di Kota Bandung, kembali menjadi pusat perhatian dengan berlangsungnya acara Babaturan Bandoeng 10K, yang berlangsung pada Minggu pagi, 13 April 2025. Acara ini menjadi bagian dari persiapan menuju lomba lari besar Bank BJB Bandoeng 10K yang akan digelar pada 18 Mei mendatang. Tidak hanya melibatkan komunitas pelari, acara ini juga merangkul warga setempat, menciptakan momen kebersamaan yang kental dengan semangat gotong royong khas Bandung.
Salah satu pemandangan yang paling mencuri perhatian adalah kehadiran Aldrin Alkhafi Hidayat (10), seorang anak yang untuk pertama kalinya mencoba permainan tradisional egrang. Meskipun ia awalnya kesulitan, dengan bantuan Widia Wati (21), Aldrin berhasil melangkahkan egrang bambu tersebut hingga menyentuh garis finis. "Saya dan Aldrin sebelumnya tidak saling kenal, namun kami bisa finis bersama. Harapan saya, semoga kerjasama ini juga memberikan kenyamanan bagi warga Bandung menjelang Bandoeng 10K," ujar Widia, yang juga merupakan salah satu pelari komunitas yang turut berpartisipasi dalam acara tersebut.
Menyambut Bank BJB Bandoeng 10K yang Akan Datang
Acara Babaturan Bandoeng 10K menjadi ajang pemanasan menjelang lomba lari utama yang akan diikuti oleh ribuan peserta dari berbagai daerah. Dengan mengambil rute 4,5 kilometer dari Jalan Braga hingga Gang Apandi, acara ini menarik perhatian tidak hanya para pelari, tetapi juga warga yang antusias berpartisipasi dalam beragam kegiatan.
Manajer Event Harian Kompas, Sri Aswito Zainul, mengungkapkan bahwa pelibatan warga setempat merupakan hal yang sangat penting. “Kami percaya bahwa melibatkan warga lokal dalam kegiatan ini akan membuat acara tersebut diterima dengan baik oleh masyarakat dan bisa berkelanjutan. Tidak hanya soal lari, tetapi bagaimana kebersamaan seperti ini bisa dirasakan oleh seluruh pihak,” kata Sri.
Pada acara kali ini, selain lomba lari, warga Gang Apandi juga ikut berpartisipasi dalam berbagai permainan tradisional seperti egrang. Namun, yang tidak kalah menarik adalah kegiatan mewarnai sketsa besar yang melibatkan banyak warga dan pelari. Sketsa yang dibuat oleh pelukis lokal, Dede Mahyudin, menggambarkan dua pelari, bunga-bunga khas Bandung, bus bandros, dan Monumen Bandung Lautan Api. Sketsa tersebut dibagi menjadi sembilan kanvas kecil, yang ketika digabungkan, membentuk lukisan besar yang akan dipajang dalam acara lomba lari Bandoeng 10K bulan depan.
Dede Mahyudin, pelukis berusia 48 tahun, menjelaskan, “Perbedaan warna pada setiap kanvas justru menjadi daya tarik. Karena indah itu tidak harus selalu seragam. Lukisan ini akan mencerminkan kebersamaan yang terjalin meski berasal dari perbedaan."
Peran Komunitas Lumbung Warga dalam Menguatkan Kebersamaan
Di tengah keseruan lomba, perhatian juga tertuju pada kehadiran ibu-ibu dari komunitas Lumbung Warga. Komunitas ini telah menjadi pilar penting dalam kehidupan sosial warga Gang Apandi, dengan tugas utama mengumpulkan donasi dari warga untuk membantu sesama. Meskipun di tengah kesibukan acara, mereka tetap menjalankan tugas mereka dengan kompak, mengumpulkan sampah dan memastikan kebersihan lingkungan tetap terjaga.
Dede Farida (59), yang dikenal sebagai ketua komunitas Lumbung Warga, mengatakan, "Kami dari Lumbung Warga melakukan ini agar acara sukses dan berjalan dengan baik. Selain itu, saling bantu adalah ciri khas warga Gang Apandi." Komunitas ini bekerja dengan sangat transparan, dimana setiap hasil donasi baik berupa uang maupun bahan pokok dicatat dan diumumkan kepada warga di papan pengumuman.
Bendahara Lumbung Warga, Maria Komalawati (41), juga menambahkan, “Kami mengumpulkan uang dan beras dari setiap rumah yang menyumbang. Setiap minggu, sekitar Rp 350.000 dan 5-7 kilogram beras dapat kami kumpulkan, yang kemudian diberikan kepada warga yang membutuhkan, terutama mereka yang sedang sakit atau dalam kesulitan ekonomi.”
Keberadaan Lumbung Warga di Gang Apandi menjadi contoh konkret tentang bagaimana kebersamaan dan solidaritas sosial dapat tercipta dalam lingkungan yang padat dan penuh tantangan. Bahkan, dalam menghadapi masalah banjir yang sering melanda daerah ini, komunitas ini selalu hadir untuk membantu, baik dalam bentuk donasi maupun dengan menyediakan ambulans yang disewa untuk mengantar warga ke rumah sakit.
Semangat Kolaborasi dan Harapan ke Depan
Meskipun Gang Apandi kini terimpit oleh gedung-gedung tinggi dan perkembangan kawasan sekitar seperti Jalan Braga yang terkenal sebagai destinasi wisata ikonik di Bandung, semangat kebersamaan di Gang Apandi tetap terjaga dengan kuat. Kolaborasi antara warga dan pelari komunitas dalam acara Babaturan Bandoeng 10K menunjukkan bahwa, meski berada di tengah kota yang padat, nilai-nilai tradisional dan semangat gotong royong tidak akan pudar.
“Harapan kami, semoga acara ini membawa dampak positif bagi warga Gang Apandi, terutama dalam memperkenalkan semangat kebersamaan yang sudah lama tertanam di sini,” ujar Eka Mauluddya (28), sekretaris Lumbung Warga yang aktif dalam kegiatan sosial ini.
Dengan rencana ambisius untuk membeli sebuah ambulans bagi keperluan sosial mereka, komunitas ini berharap, melalui acara Bandoeng 10K, semakin banyak pihak yang peduli dan bersedia bergabung untuk mendukung tujuan baik mereka. "Kami sangat senang bila ada banyak pihak yang bisa membantu kerja bersama warga Gang Apandi ini," ujar Yeni Rohaeni (41), anggota Lumbung Warga lainnya.
Menyongsong Bank BJB Bandoeng 10K
Semangat yang ditunjukkan dalam Babaturan Bandoeng 10K adalah representasi dari persiapan menuju acara utama Bank BJB Bandoeng 10K pada bulan Mei mendatang. Tidak hanya lomba lari semata, acara ini menjadi ajang untuk memperkuat rasa kebersamaan antarwarga dan memperkenalkan budaya lokal kepada masyarakat yang lebih luas.
Dengan ribuan peserta yang akan memadati Jalan Braga pada bulan depan, harapannya adalah bahwa acara ini bukan hanya menjadi acara olahraga, tetapi juga sebagai cara untuk memperkenalkan semangat kekeluargaan yang kuat di Gang Apandi, serta mendorong terciptanya lebih banyak inisiatif sosial yang bermanfaat bagi komunitas.