Nikel

Harga Minyak Mentah Merosot Akibat Tindakan Balasan China terhadap AS, Harga CPO dan Nikel Melonjak

Harga Minyak Mentah Merosot Akibat Tindakan Balasan China terhadap AS, Harga CPO dan Nikel Melonjak
Harga Minyak Mentah Merosot Akibat Tindakan Balasan China terhadap AS, Harga CPO dan Nikel Melonjak

JAKARTA - Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat mengalami penurunan harga sebesar 0,2 persen atau 11 sen per barel, menjadi USD 68,26. Sebelumnya, harga acuan ini sempat turun ke level USD 66,77 per barel, yang merupakan titik terendah sejak November 2024. Penurunan harga ini disinyalir sebagai dampak dari keputusan OPEC+ untuk melanjutkan peningkatan produksi minyak pada bulan April, serta tindakan balasan China terhadap kebijakan tarif impor yang diterapkan Amerika Serikat.

Dampak Kebijakan OPEC+ dan Ketegangan AS-China

laporan mengenai kebijakan OPEC+ menjadi pusat perhatian pasar minyak global. Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, telah memutuskan pada hari Senin (3/3) untuk melanjutkan rencana peningkatan produksi minyak mentah sebesar 138.000 barel per hari pada bulan April. Keputusan ini merupakan yang pertama kali terjadi sejak tahun 2022, dan secara langsung berdampak pada dinamika harga minyak dunia.

Di sisi lain, ketegangan perdagangan antara AS dan China semakin memanas. China memutuskan untuk membalas kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh Presiden Donald Trump terhadap produk Tiongkok, Kanada, dan Meksiko. Situasi ini menambah tekanan bagi pasar minyak global, yang sebelumnya telah menghadapi ketidakpastian akibat pandemi COVID-19.

Reaksi Pasar dan Komoditas Lainnya

Situasi geopolitik dan kebijakan OPEC+ ini memicu reaksi beragam di pasar komoditas. Selain dampak pada harga minyak mentah, terdapat peningkatan signifikan pada harga minyak sawit mentah (CPO) dan nikel. Kenaikan ini dipicu oleh meningkatnya permintaan terhadap kedua komoditas tersebut, yang dianggap sebagai alternatif investasi di tengah gejolak harga minyak.

Alex Peter, seorang analis pasar komoditas, berkomentar, "Kenaikan harga CPO dan nikel merupakan refleksi dari meningkatnya permintaan komoditas alternatif. Situasi ini menunjukkan bagaimana pasar merespons dengan mengalihkan perhatian dan investasi ke sektor-sektor yang dianggap lebih stabil di tengah ketidakpastian global."

Respons dari Industri Minyak

Peningkatan produksi oleh OPEC+ juga menjadi perhatian utama bagi para pelaku industri minyak. Meski bertujuan untuk menstabilkan pasar dengan meningkatkan pasokan, keputusan ini juga berisiko memperburuk kondisi surplus minyak yang selama ini menjadi tantangan utama pasar energi global.

Seorang narasumber dari salah satu perusahaan minyak besar, yang tidak ingin disebutkan namanya, mengatakan, "Peningkatan produksi ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati. Pasar minyak saat ini sangat rapuh, dan tindakan apapun yang tidak dipertimbangkan dengan baik bisa berakibat pada ketidakseimbangan yang lebih besar."

Prediksi Ke Depan

Melihat perkembangan ini, para ahli memperkirakan bahwa volatilitas harga minyak masih akan berlanjut dalam beberapa bulan ke depan. Sementara itu, ketegangan antara AS dan China diprediksi akan terus mempengaruhi pasar global, tidak hanya di sektor minyak, tetapi juga pada berbagai sektor lainnya.

Dalam analisisnya, John Smith, seorang ekonom senior, menyatakan, “Jika ketegangan antara AS dan China tidak mereda, ini bisa menjadi ancaman jangka panjang bagi pertumbuhan ekonomi global. Pasar energi dan komoditas harus bersiap menghadapi periode gejolak yang berkepanjangan.”

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index