JAKARTA - Dunia perdagangan internasional Papua Barat terus menunjukkan dinamika yang mengesankan. Sebagai provinsi yang kaya akan sumber daya alam, khususnya di sektor minyak dan gas (migas), Papua Barat mencatatkan capaian signifikan dalam angka ekspor hingga Januari 2025. Tiga negara Asia Timur Jepang, China, dan Korea Selatan kembali menegaskan perannya sebagai negara tujuan utama produk ekspor Papua Barat.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Papua Barat, Merry, mengungkapkan data terbaru tentang nilai ekspor Papua Barat yang mencapai titik total US$285,86 juta bulan Januari lalu. Ekspor ke ketiga negara tersebut menguasai 99,46% dari total nilai ekspor Papua Barat. Jepang memimpin dengan kontribusi US$133,97 juta atau 46,87%, diikuti oleh China dengan US$106,95 juta (37,41%), dan Korea Selatan dengan US$43,4 juta (15,18%).
Dominasi Sektor Migas
Berdasarkan data BPS, sektor migas terus menjadi penyokong terbesar dalam struktur ekspor Papua Barat. Meskipun demikian, realisasi ekspor migas turun sebesar 5,56% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni Januari 2024, yang mencapai US$301,34 juta. Penurunan ini mencerminkan tantangan yang dihadapi sektor migas global, terutama terkait harga dan permintaan yang fluktuatif.
Di sisi lain, ekspor komoditas nonmigas tercatat hanya sebesar US$1,54 juta atau menyumbang 0,54% dari total ekspor bulan tersebut. “Ini menunjukkan betapa pentingnya diversifikasi ekonomi Papua Barat agar tidak terlalu bergantung pada sektor migas,” jelas Merry.
Rute Ekspor dan Destinasi Lain
Kegiatan ekspor dari Papua Barat mayoritas dilakukan melalui Pelabuhan Teluk Bintuni, yang menyumbangkan hingga 99% aktivitas ekspor. Sisanya dikelola melalui Pelabuhan Manokwari, Tanjung Priok, dan Tanjung Perak, dengan tambahan aktivitas kecil melalui Bandara Soekarno-Hatta.
Meskipun Jepang, China, dan Korea Selatan mendominasi, Papua Barat juga memperluas pasarnya ke negara-negara seperti Bangladesh, Amerika Serikat, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Malaysia, Taiwan, dan Hong Kong, memperkuat jaringan perdagangan internasionalnya.
Impor Papua Barat Meningkat
Sejalan dengan aktivitas ekspor, Papua Barat juga mengalami lonjakan impor sebesar US$1,93 juta pada Januari 2025, menandakan peningkatan 100% dibandingkan bulan sebelumnya, yang tidak mencatatkan adanya impor. Komoditas impor antara lain garam, belerang, kapur, serta mesin mekanik atau pesawat terbang, yang didatangkan utama dari Australia (95,1%), dengan sisanya diimpor dari Jerman.
Komoditas Unggulan dan Program Pengembangan
Dalam usaha memperkuat posisi ekspornya, Pemprov Papua Barat melalui Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (TPHBun) terus mengembangkan komoditas unggulan seperti pala, kopi, dan kakao. Kepala Bidang Perkebunan TPHBun, Benediktus Hery, menegaskan bahwa anggaran pengembangan komoditas tersebut akan bersumber dari APBD 2025.
Program ini meliputi pembagian bantuan benih kepada kelompok masyarakat di Kaimana, bantuan sarana pengeringan pala di Fakfak, serta pengembangan kopi jenis arabika di Pegunungan Arfak dengan konsep agroforestry. "Kakao juga tidak ketinggalan, dengan bantuan pemeliharaan kebun bagi petani di Manokwari Selatan untuk menjaga kualitas produksi," ujar Hery.
Menurutnya, semua kegiatan pengembangan telah berjalan baik pada tahun 2024, termasuk perluasan perkebunan pala dan pengembangan perkebunan kelapa di Teluk Wondama. Penggalangan dana dilakukan dengan kolaborasi antara APBN dan APBD, di mana pemerintah pusat dan provinsi saling mendukung proyek pengembangan ini.