BMKG

BMKG Ingatkan Potensi Cuaca Ekstrem: Hujan Lebat dan Angin Kencang di Beberapa Wilayah Indonesia pada 8-14 April 2025

BMKG Ingatkan Potensi Cuaca Ekstrem: Hujan Lebat dan Angin Kencang di Beberapa Wilayah Indonesia pada 8-14 April 2025
BMKG Ingatkan Potensi Cuaca Ekstrem: Hujan Lebat dan Angin Kencang di Beberapa Wilayah Indonesia pada 8-14 April 2025

JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat Indonesia untuk waspada terhadap potensi cuaca ekstrem yang diperkirakan akan terjadi pada periode 8 hingga 14 April 2025. Dalam laporan resmi yang dirilis oleh BMKG, fenomena atmosfer skala global seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) dan gangguan atmosfer lainnya akan mempengaruhi kondisi cuaca di berbagai wilayah Indonesia dalam seminggu ke depan. Cuaca ekstrem ini berpotensi menimbulkan dampak serius, termasuk hujan lebat dan angin kencang yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan meningkatkan risiko bencana alam seperti banjir dan tanah longsor.

Faktor Penyebab Cuaca Ekstrem: Madden-Julian Oscillation (MJO) dan Gangguan Atmosfer Lainnya

Menurut BMKG, fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO) yang saat ini aktif di kawasan Samudra Hindia bagian barat Aceh dan beberapa wilayah lainnya berperan besar dalam kondisi cuaca ekstrem yang akan terjadi dalam sepekan ke depan. MJO adalah fenomena atmosfer global yang dapat mempengaruhi pembentukan awan dan curah hujan dalam skala besar. BMKG mencatat bahwa MJO saat ini terpantau aktif di wilayah tengah hingga utara Sumatera, Laut Cina Selatan, serta beberapa bagian wilayah Kalimantan, seperti Kalimantan Tengah hingga Kalimantan Utara, Selat Makassar, dan kawasan timur Indonesia seperti Maluku Utara, Laut Halmahera, serta Samudra Pasifik utara Papua.

Selain MJO, BMKG juga mencatat adanya gangguan atmosfer lainnya, seperti gelombang Kelvin, Rossby Ekuator, serta gelombang Low Frequency, yang semakin memperkuat potensi terbentuknya awan hujan lebat. Kondisi ini berpotensi menyebabkan terbentuknya sirkulasi siklonik yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya badai lokal, yang berisiko mengganggu aktivitas masyarakat di sejumlah wilayah Indonesia.

BMKG dalam keterangannya mengungkapkan, “Pola sirkulasi ini menandakan potensi terbentuknya cuaca ekstrem di sejumlah daerah Indonesia bagian tengah dan utara.” Hal ini memperingatkan masyarakat untuk mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan hujan deras yang dapat disertai dengan angin kencang dan badai lokal, yang berpotensi menyebabkan kerusakan infrastruktur dan membahayakan keselamatan.

Pengaruh Sirkulasi Siklonik dan Tekanan Rendah Terhadap Cuaca di Indonesia

BMKG juga mengamati adanya sistem tekanan rendah yang terbentuk di Teluk Benggala serta sirkulasi siklonik yang terpantau di beberapa kawasan penting, seperti Kalimantan Selatan, Samudra Pasifik utara Papua, dan Laut Arafura. Tekanan rendah ini berfungsi sebagai pusat pembentukan cuaca ekstrem dan dapat menyebabkan cuaca buruk di sekitar wilayah tersebut, termasuk hujan lebat yang disertai dengan angin kencang.

Keberadaan sirkulasi siklonik ini juga menyebabkan terbentuknya wilayah konvergensi, yaitu pertemuan angin yang terjadi di berbagai daerah. Daerah yang berpotensi terdampak konvergensi angin ini antara lain adalah pesisir utara Aceh, Kalimantan Tengah hingga Barat, serta Papua Barat hingga Papua Selatan. BMKG mengingatkan, “Kondisi ini memperparah cuaca ekstrem yang bisa memengaruhi aktivitas masyarakat di wilayah-wilayah tersebut.”

Pentingnya Waspada Terhadap Dampak Cuaca Ekstrem

Dengan adanya konfluensi atau pertemuan dua massa udara di beberapa wilayah perairan seperti Samudra Hindia barat Sumatera, Laut Banda, dan Samudra Pasifik utara Papua, BMKG memperingatkan bahwa potensi hujan lebat dengan intensitas tinggi sangat besar. Selain itu, faktor labilitas udara lokal yang cukup kuat turut mendukung pembentukan awan konvektif, yang merupakan awan yang dapat menimbulkan hujan dengan intensitas yang sangat tinggi dan sering disertai dengan petir serta angin kencang.

Menurut BMKG, kondisi ini dapat berbahaya bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana alam. Hujan lebat yang terjadi dalam waktu singkat dapat menyebabkan banjir, terutama di daerah-daerah yang memiliki drainase buruk atau berada di kawasan dengan topografi perbukitan yang rentan terhadap tanah longsor. “Kami mengimbau masyarakat agar selalu memantau informasi cuaca terkini dan menyiapkan langkah-langkah antisipasi untuk mengurangi dampak negatif yang dapat timbul akibat cuaca ekstrem ini,” ujar seorang pejabat BMKG dalam keterangannya.

Bencana Alam yang Dapat Terjadi Akibat Cuaca Ekstrem

Cuaca ekstrem yang diprediksi oleh BMKG ini dapat mengakibatkan berbagai bencana alam. Hujan lebat yang turun secara tiba-tiba dapat mengakibatkan banjir bandang di kawasan-kawasan rendah dan daerah aliran sungai yang cenderung mudah meluap. Selain itu, angin kencang dan badai lokal yang dipicu oleh sirkulasi siklonik dapat merusak infrastruktur, menumbangkan pohon, serta menyebabkan kerusakan pada atap bangunan dan jaringan listrik.

Di sisi lain, hujan deras yang disertai angin kencang juga dapat memperburuk situasi di kawasan perbukitan dan pegunungan, yang rentan terhadap tanah longsor. BMKG mengingatkan, daerah-daerah yang terletak di wilayah selatan dan barat Indonesia, terutama yang berada di sekitar lereng gunung dan wilayah yang memiliki kemiringan tinggi, berisiko mengalami tanah longsor jika hujan deras berlangsung terus-menerus.

Langkah Antisipasi yang Harus Dilakukan Masyarakat

BMKG memberikan beberapa langkah antisipasi bagi masyarakat untuk menghadapi cuaca ekstrem yang diperkirakan akan terjadi pada periode 8-14 April 2025. Masyarakat diminta untuk selalu memantau perkembangan informasi cuaca dari BMKG dan instansi terkait, terutama saat hendak bepergian ke daerah-daerah yang rawan banjir atau tanah longsor.

Selain itu, BMKG juga mengimbau agar warga yang tinggal di daerah pesisir atau wilayah yang rawan badai untuk lebih waspada terhadap potensi angin kencang dan gelombang tinggi yang dapat membahayakan keselamatan. “Pastikan untuk mempersiapkan perlengkapan darurat seperti makanan, air bersih, dan perlindungan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana,” tambah BMKG.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index