JAKARTA - Kota Malang mencatatkan inflasi bulanan (month-to-month/m-to-m) sebesar 1,37% pada Maret 2025. Inflasi ini didorong oleh beberapa faktor, salah satunya adalah berakhirnya diskon tarif listrik yang diterapkan oleh pemerintah pada awal tahun. Hal ini menyebabkan kenaikan pengeluaran rumah tangga, yang berimbas pada harga barang dan jasa di Kota Malang.
Inflasi Terbesar Dipicu Oleh Kenaikan Tarif Listrik dan Emas
Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang, Umar Sjaifudin, sebagian besar inflasi yang tercatat pada bulan Maret 2025 disumbangkan oleh kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga, yang memberikan andil 0,90% terhadap inflasi keseluruhan. Salah satu komoditas utama yang memicu inflasi adalah tarif listrik.
"Inflasi yang terjadi pada Maret ini terutama disebabkan oleh berakhirnya periode diskon tarif listrik yang diberikan pemerintah pada awal tahun," ujar Umar Sjaifudin. Diskon tersebut diterapkan selama dua bulan, Januari dan Februari 2025, bagi pelanggan rumah tangga dengan daya 450 VA, 900 VA, 1.300 VA, dan 2.200 VA yang dilayani oleh PT PLN (Persero). Keputusan ini tercatat dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 348.K/TL.01/MEM.L/2024.
Berdasarkan kebijakan tersebut, pemerintah memberikan diskon 50% untuk tarif listrik pelanggan rumah tangga, yang berakhir pada Februari 2025. Dengan berakhirnya diskon ini, tarif listrik kembali ke harga normal, yang secara langsung menambah beban pengeluaran rumah tangga, dan pada gilirannya menyebabkan kenaikan harga barang dan jasa di pasaran.
Kenaikan Harga Emas Dunia dan Dampaknya terhadap Inflasi
Selain tarif listrik, faktor lain yang turut menyumbang inflasi di Kota Malang adalah kenaikan harga emas perhiasan. Seiring dengan melemahnya nilai rupiah terhadap dolar AS, harga emas dunia mengalami kenaikan yang signifikan. Emas yang selama ini menjadi pilihan investasi aman bagi banyak masyarakat, kini menjadi salah satu komoditas penyumbang utama inflasi.
“Komoditas utama penyumbang inflasi pada Maret 2025 adalah emas perhiasan. Kenaikan harga emas ini dipicu oleh fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terus melemah,” jelas Umar. Kenaikan harga emas ini tentu mempengaruhi daya beli masyarakat, khususnya mereka yang ingin berinvestasi dalam bentuk perhiasan atau emas batangan.
Faktor Kenaikan Harga Pangan Jelang Ramadan
Selain faktor tarif listrik dan emas, sektor pangan juga turut mengalami kenaikan harga pada Maret 2025. Beberapa bahan makanan seperti cabai rawit, bawang merah, dan daging ayam ras mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan. Kenaikan harga bahan makanan ini terjadi seiring dengan memasuki bulan Ramadan, di mana permintaan untuk bahan pangan meningkat menjelang Idul Fitri.
Ekonom dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Joko Budi Santoso, menjelaskan bahwa fenomena ini terjadi karena peningkatan permintaan pangan selama Ramadan. “Momentum Ramadan dan Idulfitri biasanya mampu mendorong konsumsi masyarakat, yang ditandai dengan kenaikan permintaan beberapa komoditas pangan seperti bawang merah, cabai rawit, dan beras,” ujar Joko.
Ia menambahkan bahwa kenaikan harga beras juga dipicu oleh kebutuhan untuk pemenuhan zakat fitrah, yang berkontribusi pada tingginya permintaan beras di pasar. Menurutnya, fenomena ini seharusnya dipandang sebagai hal yang positif bagi perekonomian, karena menunjukkan adanya pergerakan ekonomi yang didorong oleh konsumsi masyarakat.
Dampak Kenaikan Harga Terhadap UMKM dan Ekonomi Daerah
Namun, Joko Budi Santoso juga menyoroti dampak dari berakhirnya diskon tarif listrik terhadap pengeluaran masyarakat dan biaya operasional usaha, terutama bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Kenaikan biaya operasional ini berpotensi menambah tekanan terhadap usaha kecil dan menengah, yang bisa menyebabkan kenaikan harga barang produksi.
“Berakhirnya diskon tarif listrik memberikan efek domino yang mempengaruhi pengeluaran masyarakat dan biaya operasional UMKM. Ini bisa menyebabkan kenaikan harga barang produksi, yang pada gilirannya mendorong inflasi lebih lanjut,” jelas Joko. Hal ini menambah tantangan bagi perekonomian daerah, terutama bagi sektor-sektor yang bergantung pada energi untuk proses produksi.
Meskipun demikian, ia juga optimis bahwa perekonomian domestik, termasuk ekonomi di daerah seperti Kota Malang, tetap dapat tumbuh meskipun menghadapi ketidakpastian ekonomi global, seperti kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh Amerika Serikat. "Perekonomian daerah seperti di Malang dapat menjadi tumpuan bagi pertumbuhan yang resilien dan optimistis meski ada ketidakpastian ekonomi global,” ujar Joko.
Fluktuasi Harga Emas dan Prospek Ekonomi ke Depan
Mengenai harga emas yang terus berfluktuasi, Joko Budi Santoso memprediksi bahwa harga emas akan terus mengalami fluktuasi harga yang cenderung naik. Emas, yang dikenal sebagai aset aman, diperkirakan akan tetap menjadi pilihan investasi yang menarik bagi banyak orang. "Emas akan tetap menjadi komoditas penyumbang inflasi di beberapa waktu mendatang karena sifatnya sebagai investasi yang aman dan memberikan cuan," ucap Joko.
Menurutnya, meskipun inflasi dapat berdampak pada daya beli masyarakat, fenomena kenaikan harga emas menunjukkan bahwa masyarakat tetap mencari instrumen investasi yang lebih aman di tengah ketidakpastian ekonomi global.