Bursa

Bursa Saham Eropa dan Asia Mulai Rebound, IHSG Masih Tertekan Setelah Koreksi Tajam

Bursa Saham Eropa dan Asia Mulai Rebound, IHSG Masih Tertekan Setelah Koreksi Tajam
Bursa Saham Eropa dan Asia Mulai Rebound, IHSG Masih Tertekan Setelah Koreksi Tajam

JAKARTA - Bursa saham di kawasan Eropa dan Asia menunjukkan tanda-tanda pemulihan setelah mengalami penurunan tajam beberapa waktu lalu. Beberapa indeks saham utama kembali bergerak hijau, mencatatkan kenaikan yang signifikan, meskipun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia masih tertekan dan baru mulai pulih setelah mengalami koreksi yang cukup dalam.

Bursa Saham Eropa: Kenaikan Signifikan di Inggris dan Jerman

Di Eropa, pasar saham mayoritas bergerak positif, dengan beberapa indeks utama mencatatkan kenaikan yang cukup solid. Indeks saham FTSE 100 (GB100) yang mewakili pasar saham Inggris mengalami kenaikan yang signifikan, mencatatkan kenaikan sebesar 1,30% atau 100 poin, mencapai level 7.802. Kenaikan ini memberikan sinyal positif bagi investor, yang sempat khawatir dengan penurunan tajam yang terjadi beberapa hari sebelumnya.

Indeks saham Jerman, DAX (DE40), juga menunjukkan penguatan yang solid. DAX naik 196 poin atau 0,99%, mencapai level 19.986, mencerminkan pemulihan pasar yang cukup baik. Sedangkan di Prancis, indeks saham CAC 40 (FR40) mencatatkan kenaikan moderat sebesar 0,61%, menunjukkan bahwa pasar Eropa secara keseluruhan mulai pulih setelah mengalami tekanan beberapa waktu lalu.

Namun, tidak semua pasar Eropa mengalami kenaikan. Italia menjadi satu-satunya pasar utama di Eropa yang mencatatkan penurunan. Indeks FTSE MIB (IT40) di Italia turun 0,97%, atau 320 poin, mencapai level 32.534. Penurunan ini menunjukkan ketidakstabilan yang masih ada di pasar saham Italia, meskipun mayoritas pasar lainnya mengalami pemulihan.

Di sisi lain, beberapa pasar saham Eropa lainnya juga mencatatkan kenaikan, meskipun tipis. Indeks saham IBEX 35 (ES35) di Spanyol hanya naik 0,02%, sedangkan indeks saham AEX (NL25) di Belanda naik lebih kuat sebesar 1,33%. Di Swiss, indeks saham SMI (CH20) naik 1,19%, memperlihatkan bahwa pasar saham di Eropa secara umum mulai pulih pasca koreksi tajam.

Indeks Saham Asia Juga Mengalami Pemulihan Signifikan

Sementara itu, bursa saham di kawasan Asia juga ikut menunjukkan tren rebound pada perdagangan hari ini. Indeks saham Jepang, Nikkei 225 (JP225), menjadi sorotan utama dengan lonjakan yang sangat signifikan. Indeks Nikkei 225 melonjak 5,87%, mengindikasikan optimisme pasar yang cukup besar setelah terpuruk beberapa waktu sebelumnya.

Tidak hanya di Jepang, pasar saham di Tiongkok juga mengalami penguatan yang cukup besar. Indeks Shanghai, CSI 300, dan Shanghai 50 mencatatkan kenaikan lebih dari 1,5%, yang menunjukkan bahwa investor mulai kembali percaya pada prospek ekonomi China, meskipun ancaman perang dagang antara Amerika Serikat dan China masih menjadi kekhawatiran utama.

Beberapa bursa saham lainnya di Asia juga menunjukkan pemulihan moderat. Indeks DSE Broad (Bangladesh) hanya naik tipis sebesar 0,01%, sementara ADX General (UEA) tidak menunjukkan perubahan sama sekali. Namun, indeks saham di Kazakhstan (KASE) dan Malaysia (FKLCI) mencatatkan kenaikan tipis, masing-masing naik 0,08% dan 0,11%, mencerminkan pemulihan yang terjadi di pasar-pasar regional.

IHSG Indonesia Masih Tertekan, Berisiko Lebih Dalam

Berbeda dengan pasar Eropa dan Asia yang mulai mengalami rebound, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia masih menghadapi tekanan yang cukup besar. IHSG tercatat mengalami penurunan paling dalam lebih dari 8% dalam beberapa hari terakhir, yang menunjukkan adanya kekhawatiran di kalangan investor terhadap prospek pasar saham Indonesia.

Meskipun demikian, ada harapan bahwa IHSG akan mulai pulih setelah koreksi tajam ini. Proses pemulihan pasar saham Indonesia diperkirakan akan membutuhkan waktu, mengingat ketidakpastian ekonomi global yang masih memengaruhi pasar domestik.

Gejolak Perdagangan Global: Dampak Tarif Impor AS-China

Penyebab utama ketidakpastian di pasar global saat ini adalah ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China. Presiden AS, Donald Trump, pada awal pekan ini mengancam untuk memberlakukan tarif tambahan sebesar 50% pada produk-produk impor dari China jika Beijing tidak mencabut tarif yang telah dikenakan pada produk asal AS.

Sikap agresif Trump dalam kebijakan perdagangan global ini telah menyebabkan kekhawatiran di pasar internasional, yang tercermin dalam pergerakan indeks saham yang berfluktuasi. "Ekuitas Asia mengalami kekalahan terburuk dalam beberapa tahun terakhir, jatuh ke posisi terendah dalam satu hari yang ditandai dengan kepanikan dan ketidakpastian," ujar Murthy Grandhi, analis dari perusahaan data dan analisis GlobalData, mengutip CNBC Internasional.

Menurut Grandhi, pasar global sedang berada dalam ketidakpastian yang cukup tinggi, dan nasib ekonomi ke depan akan sangat bergantung pada kejelasan kebijakan yang diambil oleh negara-negara besar, serta tingkat keterlibatan diplomatik untuk meredakan ketegangan. "Kekhawatiran tentang perang dagang yang semakin memburuk telah membangkitkan kembali ketakutan pasar akan resesi global," tambahnya.

Faktor Penentu Pemulihan Pasar Saham: Keterlibatan Diplomatik dan Kebijakan Pemerintah

Meskipun banyak pasar yang telah mulai rebound, ketidakpastian yang dihadirkan oleh perang dagang AS-China masih memengaruhi sentimen pasar secara keseluruhan. Oleh karena itu, pemulihan lebih lanjut sangat bergantung pada upaya-upaya diplomatik dan kebijakan yang diambil oleh negara-negara besar, terutama dalam meredakan ketegangan perdagangan.

Keterlibatan diplomatik antara AS dan China dalam negosiasi perdagangan akan menjadi faktor kunci dalam mengembalikan stabilitas pasar saham global. "Pasar akan memantau dengan seksama setiap perkembangan dalam negosiasi perdagangan ini, yang akan menjadi penentu utama arah pergerakan ekonomi global dan pasar saham," ujar Grandhi.

Bagi para investor, tantangan utama yang dihadapi saat ini adalah ketidakpastian global yang dapat memengaruhi keputusan investasi mereka. Oleh karena itu, penting bagi investor untuk tetap waspada dan memantau setiap perkembangan kebijakan yang dikeluarkan oleh negara-negara besar, terutama yang berkaitan dengan perang dagang antara AS dan China.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index