JAKARTA - Perdagangan saham pada sesi I Selasa pagi ini diwarnai dengan penurunan tajam pada dua saham berkapitalisasi pasar besar, yaitu PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN). Kedua emiten ini mengalami penurunan harga yang signifikan hingga mencapai batas auto reject bawah (ARB), sebuah kondisi di mana harga saham tidak bisa lagi ditransaksikan di bawah harga tertentu selama sesi perdagangan berlangsung. Penurunan saham-saham ini turut memberikan tekanan besar pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang tercatat mengalami penurunan yang cukup signifikan.
Saham GOTO Ambruk 14,45%, Menyentuh ARB
Pada perdagangan sesi I hari ini, saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) terjun bebas 14,45% hingga mencapai harga Rp 71 per saham. Harga tersebut sudah menyentuh batas bawah atau auto reject bawah (ARB) yang telah ditetapkan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada pukul 10:30 WIB, harga saham GOTO terpantau berada di level Rp 71, dengan tidak ada lagi antrean pembeli pada harga tersebut, yang mengindikasikan bahwa saham tersebut sudah sepenuhnya terkena ARB.
Dari data yang tercatat di orderbook, di kolom bid (pembelian), tidak ada lagi antrean yang terlihat pada harga Rp 71 per saham. Sementara itu, di kolom offer (penjualan), harga Rp 71 menjadi batas bawah transaksi pada sesi I hari ini. Pada level harga tersebut, tercatat ada antrean sebanyak 9,8 juta lot atau senilai sekitar Rp 69,87 miliar. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada permintaan yang cukup kuat untuk mengangkat harga saham tersebut pada tingkat ini.
Penurunan harga saham GOTO ini menjadi perhatian karena emiten ini merupakan salah satu pemain besar dalam industri teknologi Indonesia, yang sebelumnya dianggap memiliki potensi besar untuk terus berkembang seiring dengan pertumbuhan e-commerce dan layanan berbasis digital di tanah air.
Saham AMMN Juga Tertekan, Hampir Menyentuh ARB
Saham PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN), yang beroperasi di sektor pertambangan, juga mengalami penurunan tajam pada perdagangan sesi I. Harga saham AMMN tercatat turun 14,97% hingga berada di posisi Rp 4.570 per saham. Meskipun belum sepenuhnya menyentuh batas bawah ARB, saham AMMN sudah sangat dekat dengan batas tersebut. Pada pukul 10:30 WIB, harga saham AMMN berada pada level Rp 4.570, yang menjadi batas bawah harga untuk sesi I hari ini.
Dari data orderbook, di kolom bid hanya tertera satu antrean yang berada di harga Rp 4.570 per saham, dengan total 474 lot atau sekitar Rp 217 juta. Keadaan ini menunjukkan bahwa likuiditas pada saham AMMN sudah sangat terbatas, dengan pembeli yang hanya sedikit tertarik pada harga tersebut.
Dampak Negatif pada IHSG
Penurunan tajam yang dialami oleh saham GOTO dan AMMN turut memberikan dampak signifikan pada IHSG. Pada pukul 10:30 WIB, IHSG tercatat mengalami penurunan tajam sebesar 8,2%, turun ke level 5.979,278. Keduanya—GOTO dan AMMN—berkontribusi besar terhadap penurunan IHSG, masing-masing memberikan kontribusi pengurangan indeks sebesar 25,6 poin untuk GOTO dan 24,9 poin untuk AMMN.
Pada titik ini, IHSG sempat mengalami trading halt atau penghentian sementara pada pembukaan sesi I. Penghentian perdagangan ini dilakukan setelah IHSG mengalami penurunan lebih dari 5%, yang mengindikasikan ketidakstabilan pasar yang cukup signifikan. Trading halt pertama berlangsung selama 30 menit, yang kemudian diikuti oleh peraturan lanjutan sesuai dengan pergerakan pasar selanjutnya.
Kebijakan ARB dan Trading Halt BEI
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari ini memberlakukan ketentuan baru terkait dengan auto reject bawah (ARB) dan trading halt. BEI kembali menerapkan ketentuan simetris yang mirip dengan peraturan yang diterapkan pada masa pandemi COVID-19. Perbedaannya, kali ini ARB diterapkan pada level 15% bukan 7% seperti pada masa pandemi.
Selain itu, kebijakan trading halt juga tetap diterapkan apabila IHSG mengalami penurunan tajam. Jika IHSG mengalami penurunan lebih dari 8%, trading halt akan diberlakukan selama 30 menit, dan jika penurunan lanjutan mencapai lebih dari 15%, trading halt akan diterapkan kembali selama 30 menit. Trading suspend atau penghentian sementara transaksi akan dilakukan apabila IHSG mengalami penurunan lebih dari 20%, yang akan mempengaruhi seluruh sesi perdagangan atau lebih dari satu sesi perdagangan setelah mendapat persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Penyebab Tekanan pada IHSG dan Rupiah
Anjloknya IHSG dan melemahnya rupiah di pasar modal Indonesia hari ini sebagian besar dipengaruhi oleh sentimen negatif yang datang dari pasar global. Pasar saham global mengalami penurunan setelah Presiden Amerika Serikat mengumumkan kebijakan tarifnya, yang memicu kekhawatiran di kalangan investor internasional.
Meskipun Indonesia masih menikmati libur panjang saat kebijakan tersebut diumumkan, dampaknya mulai dirasakan pada perdagangan di pasar saham domestik, termasuk IHSG, rupiah, dan Surat Berharga Negara (SBN). Penurunan besar saham-saham berkapitalisasi besar seperti GOTO dan AMMN turut berkontribusi pada kerugian yang dialami oleh IHSG, yang saat ini tertekan oleh kekhawatiran investor mengenai ketidakpastian ekonomi global.
Implikasi terhadap Pasar Saham Indonesia
Dengan kapitalisasi pasar yang besar, saham GOTO dan AMMN memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pergerakan IHSG. Ketika kedua saham ini mengalami penurunan drastis hingga menyentuh ARB, dampaknya langsung terlihat pada pergerakan indeks yang ikut terkoreksi tajam. Potensi dampak ini menunjukkan betapa rapuhnya pasar saham Indonesia dalam menghadapi ketidakpastian global, terutama dalam hal kebijakan perdagangan internasional dan volatilitas pasar saham global.
Jika kondisi ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin IHSG akan terus mengalami tekanan lebih lanjut. Oleh karena itu, investor dan pemangku kepentingan di pasar saham Indonesia harus lebih berhati-hati dan memperhatikan dinamika ekonomi global yang dapat berpengaruh pada pasar saham domestik.
Dengan kebijakan ARB yang lebih ketat dan penerapan trading halt untuk menghindari penurunan lebih lanjut, BEI berusaha menjaga kestabilan pasar saham Indonesia dalam menghadapi tekanan eksternal yang sangat besar. Meski begitu, tantangan besar tetap ada, mengingat ketergantungan pasar saham Indonesia pada emiten-emiten besar yang dapat menggerakkan indeks secara signifikan.