JAKARTA - Pertamina Marine Engineering (PME) melalui kerja sama strategis dengan FPT Indonesia dan mitra teknologi PT Enygma Technologies, baru-baru ini meluncurkan sebuah proyek inovatif yang mengintegrasikan teknologi kecerdasan buatan (AI) di sektor hulu migas. Langkah ini diambil untuk mengoptimalkan inspeksi dan pemeliharaan aset di lingkungan yang sangat menantang, terutama di area lepas pantai. Proyek ini berfokus pada dua aspek utama: meningkatkan keandalan aset dan memperkuat keselamatan di tempat kerja.
Penggunaan AI untuk Optimalkan Inspeksi Aset
Salah satu komponen utama dari proyek ini adalah penerapan teknologi AI pada platform Subholding Upstream Pertamina. Teknologi ini akan menganalisis data yang diperoleh dari drone yang digunakan untuk memonitor keadaan aset lepas pantai. Drone tersebut dilengkapi dengan sensor canggih yang dapat mendeteksi anomali, kebocoran, serta kerusakan struktural yang mungkin terjadi pada platform pengeboran dan fasilitas lepas pantai lainnya. Dengan menggunakan AI, PME dapat melakukan deteksi dini terhadap masalah potensial yang dapat mengancam integritas aset, sehingga memperkecil risiko kerusakan yang lebih parah di masa depan.
Penggunaan drone untuk pemantauan ini juga memungkinkan pemantauan yang lebih efisien dan menyeluruh, mengurangi ketergantungan pada inspeksi manual yang memakan waktu dan sumber daya. Sistem berbasis AI ini diharapkan dapat memastikan bahwa setiap komponen dari aset yang ada dalam kondisi terbaiknya, sekaligus memperpanjang umur operasionalnya.
Meningkatkan Keselamatan dengan Pengawasan APD
Di lokasi pengeboran, keselamatan kerja adalah prioritas utama. Oleh karena itu, teknologi berbasis AI juga diterapkan untuk memantau kepatuhan terhadap penggunaan alat pelindung diri (APD) oleh pekerja. Pengawasan ini bertujuan untuk memastikan bahwa setiap pekerja yang terlibat dalam proses pengeboran mematuhi standar keselamatan yang ketat, dengan menggunakan APD yang tepat. Penerapan teknologi ini tidak hanya akan meminimalkan risiko kecelakaan kerja, tetapi juga menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman bagi para pekerja di lapangan.
Dengan memanfaatkan kecerdasan buatan untuk memantau dan menilai secara otomatis kepatuhan terhadap penggunaan APD, PME dapat mengurangi potensi kesalahan manusia dan memastikan bahwa standar keselamatan selalu terjaga. Langkah ini sangat penting untuk menjaga integritas operasi dan mengurangi kemungkinan terjadinya insiden yang bisa membahayakan keselamatan pekerja.
Efisiensi dan Akurasi Melalui Teknologi AI
Teknologi AI yang diterapkan dalam proyek ini juga memberikan keuntungan signifikan dalam hal efisiensi dan akurasi. Sebagai bagian dari penerapan sistem yang lebih modern, sebagian besar aktivitas monitoring akan dilakukan secara jarak jauh. Hal ini tidak hanya menghemat biaya operasional, tetapi juga memungkinkan pemantauan yang lebih tepat waktu dan real-time. Semua data hasil pemantauan dapat dipantau langsung melalui dashboard online yang terhubung, memberikan akses mudah bagi para pengambil keputusan untuk melihat kondisi terkini dari aset-aset penting.
Hasil pemantauan yang lebih cepat dan akurat ini memungkinkan PME untuk merespons lebih cepat terhadap masalah yang mungkin timbul, serta mengoptimalkan jadwal pemeliharaan dan perbaikan yang diperlukan. Selain itu, sistem ini dapat menyediakan laporan yang lebih mendetail dan komprehensif, memudahkan analisis dan perencanaan untuk perbaikan lebih lanjut.
Komentar dan Harapan dari Pihak PME dan FPT Indonesia
Direktur PME, Heri Santika, mengungkapkan bahwa kerja sama dengan FPT Indonesia adalah bagian dari upaya PME untuk mengembangkan teknologi di sektor hulu migas di Indonesia. “Kerjasama ini menjadi sangat penting bagi PME untuk pertumbuhan dan ekspansi bisnis kami ke depan. FPT memiliki jaringan mitra internasional yang memungkinkan kami untuk memasuki pasar global, yang pada gilirannya akan memperkuat posisi kami di industri ini,” kata Heri dalam keterangan tertulis.
Dia juga menambahkan bahwa kerja sama dengan penyedia teknologi seperti FPT ini merupakan salah satu upaya PME untuk terus meningkatkan standar layanan dan mendukung pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan. “Kami berharap kerja sama ini dapat mengatasi tantangan teknologi yang ada di industri migas dan memperluas pasar kami dari sektor hulu migas Indonesia ke pasar internasional,” tambah Heri.
Di sisi lain, CEO FPT Software Indonesia, Nguyen Huang Tung, juga menyatakan bahwa pihaknya siap menyediakan sistem teknologi dan bisnis yang dapat membawa kedua belah pihak ke tingkat internasional. “Kami percaya bahwa dengan teknologi yang kami bawa, PME akan semakin siap untuk bersaing secara global dan mengatasi tantangan yang ada di sektor hulu migas,” ujar Nguyen.
PME: Pionir Marine Engineering di Pertamina Group
Pertamina Marine Engineering (PME) merupakan bagian dari Subholding Integrated Logistics (SH IML) yang telah mengantongi izin usaha untuk berbagai jenis layanan marine service. PME telah berhasil menyelesaikan berbagai proyek besar yang melibatkan keahlian khusus dalam bidang marine, seperti proyek Port, Inspection, dan Construction Maintenance. Selain itu, PME juga berfokus pada pemeliharaan bisnis marine lainnya, yang kesemuanya memiliki peranan penting dalam mendukung operasional Pertamina di sektor migas.
Sebagai bagian dari Pertamina Group, PME terus berkomitmen untuk menyediakan layanan terbaik dalam hal teknik kelautan dan dukungan untuk operasi lepas pantai. Implementasi teknologi AI dalam proses pemantauan dan pemeliharaan ini adalah bukti nyata bahwa PME tidak hanya mengedepankan aspek teknis, tetapi juga memprioritaskan keselamatan dan efisiensi operasional melalui penggunaan teknologi terkini.
Masa Depan Teknologi AI di Industri Hulu Migas
Dengan semakin berkembangnya teknologi kecerdasan buatan dan Internet of Things (IoT), sektor hulu migas diprediksi akan semakin banyak mengadopsi solusi berbasis teknologi untuk meningkatkan efisiensi operasional dan keselamatan kerja. Inovasi yang dilakukan oleh PME dan FPT Indonesia ini merupakan langkah positif dalam mengintegrasikan teknologi canggih di sektor ini, yang selama ini sangat bergantung pada infrastruktur fisik dan proses manual.
Melalui kerja sama ini, diharapkan PME dapat menjadi contoh bagi perusahaan lain di sektor migas untuk lebih memanfaatkan potensi teknologi dalam mendukung operasional mereka. Selain itu, penerapan AI juga diharapkan dapat mempercepat transisi menuju industri migas yang lebih efisien, aman, dan ramah lingkungan.