JAKARTA - Bursa saham Asia-Pasifik mengalami pergerakan yang beragam pada pembukaan perdagangan Kamis, 13 Maret 2025, setelah laporan inflasi terbaru di Amerika Serikat (AS) memberikan dampak positif bagi pasar global. Pengumuman mengenai inflasi AS yang lebih ringan dari perkiraan memberikan optimisme, mendorong indeks-indeks utama di Wall Street untuk berbalik arah dan mencatatkan rebound signifikan. Kabar ini memberi angin segar bagi pasar saham Asia, yang menunjukkan sebagian besar penguatan pada sesi perdagangan awal.
Katalis Positif dari Laporan Inflasi AS
Laporan inflasi AS untuk bulan Februari 2025 mengungkapkan bahwa inflasi mengalami kenaikan tipis sebesar 0,2% bulan ke bulan (month-to-month), yang mengarah pada tingkat inflasi tahunan yang tercatat sebesar 2,8%. Angka ini sedikit lebih rendah dari perkiraan banyak analis yang khawatir bahwa inflasi yang terus meningkat dapat memperburuk ketidakpastian ekonomi global dan berpotensi memperburuk resesi di AS.
Menurut Vishnu Varathan, analis makroekonomi dari Mizuho Bank, data inflasi yang lebih moderat ini memberikan harapan bahwa ancaman resesi yang dikhawatirkan oleh banyak investor kini dapat dijauhkan untuk sementara waktu. "Pengumuman inflasi ini memberi sedikit ketenangan bagi pasar, yang khawatir dengan kemungkinan resesi akibat kebijakan tarif yang tidak menentu dari pemerintahan Trump sebelumnya," kata Varathan dalam riset yang dikutip oleh CNBC Internasional pada Kamis, 13 Maret 2025.
Optimisme Pasar Global: Inflasi yang Terkendali
Berdasarkan data terbaru tersebut, pasar saham global merespons dengan lebih optimis. Para pelaku pasar merasa lega karena inflasi yang lebih rendah dari perkiraan tidak akan mendorong kebijakan moneter yang lebih agresif, seperti kenaikan suku bunga yang dapat memicu perlambatan ekonomi lebih lanjut. Selain itu, Varathan menambahkan, "Yang terpenting adalah bahwa inflasi bulan Februari hampir pasti tidak akan menyebabkan perubahan tarif apapun. Ini memberikan kesempatan bagi para pejabat Federal Reserve (The Fed) untuk sedikit bernafas lega, setelah menghadapi kecemasan terkait guncangan harga yang terus berlangsung."
Meskipun demikian, meskipun data inflasi ini memberikan sedikit kelegaan, Varathan mengingatkan bahwa masih terlalu dini bagi The Fed untuk menurunkan kewaspadaan terhadap potensi resesi. "Bahkan dengan data ini, saya pikir The Fed tetap harus waspada terhadap kemungkinan gejolak lebih lanjut, karena ketidakpastian ekonomi global masih tetap ada," tambahnya.
Respon Positif Pasar Wall Street
Indeks utama di Wall Street, yang sempat tertekan selama beberapa sesi sebelumnya, akhirnya kembali menguat setelah rilis laporan inflasi tersebut. Indeks Dow Jones Industrial Average, S&P 500, dan Nasdaq semuanya mencatatkan rebound yang signifikan. Indeks Dow Jones melompat lebih dari 400 poin, sementara S&P 500 dan Nasdaq juga mencatatkan kenaikan lebih dari 1%. Kenaikan ini menunjukkan bahwa investor merespons positif berita inflasi yang lebih terkendali, mengurangi kekhawatiran akan langkah-langkah agresif dari The Fed yang bisa memperburuk situasi ekonomi.
"Kenaikan ini menunjukkan bahwa pasar masih menginginkan kepastian. Laporan inflasi yang lebih baik memberikan sedikit angin segar, namun kita tetap harus hati-hati dengan potensi resesi yang masih ada," ungkap seorang analis pasar dari New York yang enggan disebutkan namanya.
Bursa Asia-Pasifik Ikut Menguat
Optimisme yang muncul di pasar global juga dirasakan di bursa Asia. Bursa saham Jepang memimpin penguatan, dengan indeks Nikkei 225 melonjak sebesar 0,98% di awal perdagangan. Tidak jauh di belakang, indeks Topix juga mengalami kenaikan signifikan sebesar 0,82%. Sementara itu, di Korea Selatan, indeks Kospi naik 0,81%, dan indeks Kosdaq mengikuti dengan kenaikan 0,37%.
Pencapaian positif ini terjadi setelah pasar saham Jepang dan Korea Selatan sempat tertekan akibat ketidakpastian ekonomi global dan ketegangan perdagangan internasional. Namun, laporan inflasi AS yang lebih rendah memberikan dorongan bagi investor untuk kembali melihat potensi pasar di kawasan ini.
Pergerakan Positif di Sektor Energi dan Komoditas
Selain penguatan di pasar saham, sektor energi dan komoditas juga mencatatkan pergerakan positif. Harga minyak dunia, yang sempat merosot tajam dalam beberapa pekan terakhir, mulai menunjukkan perbaikan. Harga minyak mentah Brent yang diperdagangkan di pasar internasional tercatat menguat lebih dari 1%, didorong oleh pemulihan permintaan global dan optimisme terhadap kestabilan ekonomi.
Analis energi, Rudi Harianto, mengatakan bahwa penguatan ini terkait dengan prospek pemulihan ekonomi global yang lebih baik setelah inflasi AS menunjukkan tanda-tanda melambat. "Jika data inflasi AS menunjukkan adanya kestabilan, maka permintaan energi juga diharapkan akan meningkat, yang akhirnya akan mendukung harga komoditas, termasuk minyak," jelas Rudi.
Fluktuasi yang Masih Terjadi di Pasar Asia
Meskipun mayoritas pasar Asia menunjukkan penguatan, fluktuasi harga saham tetap terjadi di beberapa bursa saham utama lainnya. Misalnya, di China, pasar saham mengalami pergerakan yang lebih terbatas. Indeks Shanghai Composite hanya mencatatkan kenaikan moderat sebesar 0,25%, sementara indeks Hang Seng di Hong Kong bergerak sedikit naik dengan kenaikan 0,15%. Ini mencerminkan ketidakpastian yang masih melingkupi perekonomian China, yang menghadapi tantangan dari kebijakan domestik dan ketegangan perdagangan global.
"Meskipun ada optimisme di beberapa pasar, ketidakpastian ekonomi dan geopolitik di China tetap menjadi faktor yang perlu diperhatikan oleh para investor," kata seorang analis pasar di Beijing.
IHSG Juga Ikut Menguat
Di Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga mencatatkan penguatan signifikan pada sesi perdagangan Kamis, 13 Maret 2025. IHSG ditutup menguat sebesar 119 poin, didorong oleh optimisme investor terhadap kestabilan ekonomi global pasca-laporan inflasi AS. Beberapa saham besar seperti MAPI dan ANTM menunjukkan kinerja yang sangat baik di sesi perdagangan tersebut, mencatatkan lonjakan harga yang signifikan.