OJK

OJK Panggil Empat Bank Besar Terkait Maraknya Penipuan SMS Palsu

OJK Panggil Empat Bank Besar Terkait Maraknya Penipuan SMS Palsu
OJK Panggil Empat Bank Besar Terkait Maraknya Penipuan SMS Palsu

JAKARTA - Maraknya penipuan melalui SMS palsu atau yang dikenal dengan istilah fake Base Transceiver Station (BTS) menjadi perhatian serius Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Fenomena ini tidak hanya meresahkan masyarakat, tetapi juga menyebabkan kerugian besar bagi nasabah perbankan. Untuk menangani masalah ini, OJK telah memanggil empat bank besar yang terindikasi terdampak guna mengambil langkah pencegahan lebih lanjut.

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Perlindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi, mengungkapkan bahwa meskipun OJK belum menerima laporan resmi terkait penipuan SMS palsu ini, beberapa bank besar telah melaporkan adanya keluhan dari nasabah mereka. "Tapi beberapa nama bank tersebut ada 4 bank yang kita panggil, banknya besar-besar semua karena memang bank besar itu kan konsumennya banyak jadi transaksinya juga besar banget," jelas Friderica dalam Media Briefing yang diadakan pada Rabu, 12 Maret 2025.

Modus Penipuan SMS Palsu yang Menyerupai Pesan dari Bank

Menurut Friderica, modus penipuan melalui SMS palsu ini melibatkan penggunaan teknologi Base Transceiver Station (BTS) palsu oleh pelaku yang berusaha menyamar sebagai bank. SMS yang diterima oleh nasabah tersebut tampak seperti notifikasi resmi dari bank, padahal sebenarnya merupakan upaya penipuan yang dilakukan oleh oknum fraudster. "Jadi itu bukan SMS dari bank yang dibelokkan, tapi itu benar-benar fraudster yang menggunakan BTS palsu dan menyebarkan kepada masyarakat, ini memang bahaya sekali," ungkap Friderica, yang akrab disapa Kiki.

Penyebaran SMS palsu ini mengancam karena banyak nasabah yang tidak menyadari bahwa mereka telah menjadi target penipuan. Dalam beberapa kasus, korban yang menerima SMS tersebut cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh pesan tersebut, yang mengarah pada pencurian informasi pribadi mereka, seperti nomor PIN atau data login perbankan. Sebagai langkah pencegahan, Friderica mengimbau masyarakat untuk lebih berhati-hati terhadap pesan-pesan yang mencurigakan, terutama yang meminta informasi sensitif atau mengarahkan untuk mengklik tautan tertentu.

Faktor Jaringan 2G Jadi Penyebab Penipuan Melalui SMS

Salah satu penyebab maraknya penipuan ini, menurut informasi yang didapat oleh OJK dari bank-bank yang dipanggil, adalah masih digunakannya jaringan 2G oleh beberapa provider di Indonesia. Jaringan 2G, yang seharusnya sudah digantikan oleh jaringan yang lebih canggih seperti 4G dan 5G, ternyata masih menjadi celah bagi penipuan. Hal ini karena jaringan 2G lebih mudah dimanfaatkan oleh penipu untuk mengirimkan pesan secara massal, sementara jaringan yang lebih baru memiliki sistem yang lebih aman.

Namun, Friderica menjelaskan bahwa penghapusan jaringan 2G bukanlah langkah mudah. “Jaringan 2G tersebut tidak bisa dihapus begitu saja. Pasalnya, masih ada sejumlah daerah yang hanya bisa menggunakan jaringan itu. Selain itu, jaringan ini juga dapat digunakan untuk kondisi darurat dan berguna bagi perangkat ponsel yang belum memadai,” kata Kiki. Walaupun demikian, beberapa provider lain telah mulai menawarkan opsi bagi penggunanya untuk menonaktifkan jaringan 2G demi mengurangi risiko penipuan.

Langkah Bank dalam Menangani Penipuan dan Edukasi kepada Masyarakat

Meskipun penipuan ini bukan disebabkan oleh kelalaian pihak bank, OJK memastikan bahwa empat bank besar yang dipanggil telah melakukan berbagai langkah untuk menanggulangi masalah ini. Salah satu upaya yang dilakukan oleh bank-bank tersebut adalah dengan meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat mengenai bahaya penipuan melalui SMS palsu. Sosialisasi ini dilakukan melalui berbagai kanal media sosial resmi bank, sehingga informasi mengenai penipuan bisa tersebar lebih luas dan lebih cepat.

"Terkait penggantian kerugian bagi korban penipuan ini juga ada beberapa alternatif yang ditawarkan oleh bank tersebut karena memang kalau dibilang bukan salah bank ya karena ini kan benar-benar palsu dari luar, tapi nasabahnya percaya," ujar Friderica. Meskipun demikian, beberapa bank menawarkan opsi penggantian kerugian bagi nasabah yang menjadi korban, meskipun mereka juga tidak dapat disalahkan atas penipuan ini.

Wacana Meminimalkan Penggunaan SMS oleh Perbankan

Fenomena penipuan melalui SMS ini telah mendorong OJK untuk memikirkan solusi jangka panjang guna meminimalisir terjadinya penipuan serupa di masa depan. Friderica menyebutkan bahwa pihak OJK sedang mengembangkan wacana agar sektor perbankan bisa mengurangi penggunaan SMS sebagai media komunikasi dengan nasabah. Hal ini mengingat SMS tidak dapat dijamin keamanannya dalam menghadapi ancaman penipuan.

"Ke depan mereka sudah tahu ini tidak secure, mereka akan meminimalkan penggunaan SMS dalam memberikan notifikasi atau informasi bank kepada nasabah," ungkap Friderica. Sebagai gantinya, OJK mendorong bank untuk memanfaatkan saluran komunikasi yang lebih aman, seperti aplikasi mobile banking yang telah dilengkapi dengan sistem keamanan yang lebih kuat dan enkripsi data.

Alternatif Keamanan yang Diperkenalkan oleh Bank

Untuk meningkatkan keamanan nasabah, beberapa bank juga mulai berinovasi dengan menyediakan fitur autentikasi ganda atau two-factor authentication (2FA) dalam aplikasi mobile mereka. Dengan demikian, meskipun nasabah menerima SMS atau email yang mencurigakan, mereka tetap bisa memverifikasi informasi tersebut melalui saluran komunikasi yang lebih aman. Selain itu, bank juga akan meningkatkan sistem pengawasan terhadap aktivitas transaksi yang mencurigakan, yang bisa segera ditindaklanjuti oleh pihak bank jika terdeteksi adanya penipuan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index