JAKARTA - Penutupan pabrik PT Sritex akibat kondisi pailit telah memberikan dampak besar terhadap perekonomian di sekitarnya, terutama bagi para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang bergantung pada aktivitas pabrik tersebut. Setelah keputusan penutupan ini, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukoharjo melalui Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan Perdagangan (Diskopumdag) melakukan pemantauan dan pendataan terhadap para pelaku usaha di sekitar area pabrik.
Dampak Penutupan PT Sritex Terhadap UMKM Setempat
Menurut Kepala Diskopumdag Sukoharjo, Iwan Setiyono, pemantauan ini dilakukan setelah PT Sritex tutup karena masalah keuangan yang menyebabkan pailit. Penutupan pabrik yang mempekerjakan ribuan buruh tersebut langsung berdampak pada pendapatan pelaku usaha di sekitar area pabrik, yang sebelumnya menggantungkan pendapatannya dari tingginya permintaan dari buruh pabrik.
"Biasanya, warung makan di sekitar PT Sritex sangat ramai, terutama karena banyak buruh pabrik yang membeli makanan dan minuman. Namun, dengan tutupnya pabrik, warung-warung ini kini sepi pengunjung," kata Iwan saat diwawancarai pada Rabu, 12 Maret 2025. Ia menambahkan bahwa kondisi ini membuat perekonomian lokal di sekitar pabrik mengalami penurunan yang signifikan.
Pemantauan yang dilakukan Diskopumdag mencatat adanya penurunan drastis dalam jumlah transaksi di sektor usaha yang ada di sekitar pabrik PT Sritex. Sebelumnya, UMKM seperti warung makan, rumah kos, toko kelontong, pedagang buah, hingga penyedia air minum isi ulang sangat bergantung pada keberadaan para buruh pabrik. Kini, hampir seluruh usaha ini mengalami penurunan yang cukup besar karena hilangnya permintaan dari pekerja pabrik yang kini tak lagi datang.
Pendataan UMKM di Sekitar Pabrik PT Sritex
Sebagai bagian dari upaya untuk memahami dampak dari penutupan PT Sritex, Pemkab Sukoharjo, melalui Diskopumdag, melakukan pendataan UMKM yang ada di sekitar pabrik. Beberapa sektor usaha yang terdata termasuk rumah kos, warung makan, penitipan parkir sepeda motor dan sepeda, toko kelontong, pedagang makanan kecil, serta pedagang buah.
"Kondisi yang terjadi sekarang ini sangat mengkhawatirkan kami. UMKM di sekitar PT Sritex kini sangat sepi karena tidak ada lagi buruh yang datang membeli barang atau menggunakan jasa mereka. Ini menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi kami untuk memastikan mereka tetap bisa eksis," jelas Iwan.
Keberadaan pabrik PT Sritex sebelumnya memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian daerah, dengan ribuan pekerja yang membeli kebutuhan harian mereka dari para pelaku UMKM setempat. Seiring dengan penutupan pabrik, Pemkab Sukoharjo berusaha untuk mencari solusi agar para pelaku usaha tetap dapat bertahan di tengah kesulitan yang ada.
Upaya Pemkab Sukoharjo untuk Menjaga Keberlangsungan UMKM
Iwan menjelaskan bahwa pemerintah daerah sedang mencari cara untuk mengurangi dampak negatif dari penutupan PT Sritex terhadap perekonomian setempat. Salah satu upaya yang sedang dilakukan adalah dengan mencari alternatif usaha untuk para pelaku UMKM di lingkungan pabrik.
"Kami sedang melakukan mitigasi dan merencanakan langkah-langkah kedepannya agar para pelaku usaha ini tetap bisa bertahan dan bahkan berkembang. Kami tidak ingin perekonomian daerah yang sebelumnya bergantung pada PT Sritex terpuruk begitu saja," tambah Iwan.
Dalam upaya ini, Pemkab Sukoharjo berencana memberikan dukungan kepada para pelaku usaha dengan membantu mereka dalam mengakses pasar yang lebih luas serta memperkenalkan mereka pada program pembinaan usaha yang dapat meningkatkan kualitas produk dan daya saing mereka.
Kondisi Pedagang Kecil Setelah Penutupan Pabrik PT Sritex
Salah satu pelaku usaha yang merasakan dampak langsung dari penutupan PT Sritex adalah Suwarti, seorang pedagang makanan kecil di sekitar pabrik. Sebelumnya, Suwarti dapat menjual berbagai jenis makanan ringan setiap pagi dengan jumlah pembeli yang banyak, karena para buruh sering membeli dagangannya untuk sarapan.
Namun, setelah pabrik ditutup, jumlah pembeli menurun drastis. "Dulu, makanan saya selalu habis terjual setiap pagi. Tapi sekarang, sepi sekali. Tidak ada lagi buruh yang datang membeli," ujar Suwarti dengan nada kecewa. Ia berharap ada solusi dari Pemkab Sukoharjo untuk membantunya bertahan dan menjalankan usaha ini, meskipun kondisinya kini jauh berbeda.
Dampak Penutupan PT Sritex Terhadap Daya Beli Masyarakat
Penutupan PT Sritex juga berdampak pada daya beli masyarakat, terutama menjelang bulan Ramadan, yang biasanya diiringi dengan meningkatnya permintaan terhadap barang dan kebutuhan pokok. Iwan menekankan bahwa situasi ini semakin memprihatinkan mengingat kebutuhan pokok menjelang bulan puasa yang semakin tinggi, sementara banyak pelaku usaha kecil yang kesulitan mendapatkan pembeli.
"Kami khawatir, di tengah meningkatnya kebutuhan masyarakat selama Ramadan, banyak pelaku UMKM yang tidak dapat bertahan. Oleh karena itu, kami melakukan berbagai upaya untuk membantu mereka, termasuk memberikan pelatihan dan mencari alternatif pasar," terang Iwan.
Pemkab Sukoharjo juga berupaya meningkatkan kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk perbankan dan lembaga keuangan mikro, untuk menyediakan akses pembiayaan yang lebih mudah bagi para pelaku UMKM agar mereka dapat bertahan dan terus berkembang meskipun dalam situasi yang sulit.