JAKARTA - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) meresmikan layanan Bank Emas atau Bank Bulion yang diharapkan mampu mendorong pertumbuhan kinerja bisnis secara optimal dan merangkul potensi ekosistem emas di Indonesia. Layanan baru ini diresmikan langsung oleh Presiden Prabowo Subianto dan merupakan bagian dari strategi BSI untuk memanfaatkan sumber daya emas yang melimpah di tanah air.
Potensi Besar Cadangan Emas Indonesia
Indonesia diketahui memiliki cadangan emas hingga 2.600 ton. Dalam hal ini, BSI berada dalam posisi strategis untuk mendukung pengembangan lebih lanjut ekosistem emas di Indonesia melalui intermediasi keuangan. "Saat ini transaksi emas sudah luas. Hanya saja yang bermain di wholesale tidak begitu banyak. Toko emas banyak di pasar-pasar, tetapi yang melakukan intermediasi emas secara wholesale, BSI dengan bank emas bisa optimal di sana," kata M Doddy Ariefianto, ekonom dari Bina Nusantara University, dalam satu keterangannya.
Menurut Doddy, dengan posisinya sebagai negara ekonomi menengah, transaksi emas di Indonesia memang belum seberat di negara-negara seperti Jepang dan Amerika Serikat. Namun, kehadiran bank emas menawarkan peluang besar untuk menggerakkan cadangan emas sebagai instrumen lindung nilai, meningkatkan nilai tambah ekonomis. Ini menggarisbawahi potensi bank emas dalam memobilisasi dana-dana emas di masyarakat, mendorong hilirisasi, dan memberikan perlindungan ekonomi di masa ketidakpastian.
Kolaborasi dan Inovasi Emas di Indonesia
Mendukung pandangan tersebut, Thendra Chrisnanda, Direktur Hubungan Investor PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA), menyatakan optimismenya terhadap peran penting bank bulion dalam memperkuat sektor keuangan dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Thendra mengungkapkan, sebelumnya HRTA sudah bekerja sama dengan BSI untuk menghadirkan emas batangan eksklusif yang memenuhi standar nasional Indonesia (SNI) dan telah mendapatkan rekomendasi Kesesuaian Syariah dari MUI.
Menurut data World Gold Council yang dikutip oleh Thendra, Indonesia memproduksi 132,5 ton emas pada tahun 2023, menempatkannya sebagai produsen emas terbesar ketujuh dunia. "Dengan berdirinya bank bulion ini, Indonesia mengambil langkah besar untuk menjadi pemain utama di pasar bulion global," ucapnya. Lantas Thendra juga menyoroti nilai potensi ekonomi dari lini bisnis emas mulai dari hulu hingga hilir yang mencapai Rp482,6 triliun per tahun menurut studi internal HRTA.
Inovasi Produk BSI Bank Emas
Dalam peresmian tersebut, Hery Gunardi, Direktur Utama BSI, memperkenalkan tiga ensign produk utama dari Layanan Bank Emas: BSI Gold, BSI Emas Digital, dan yang paling mencuri perhatian adalah BSI ATM Emas - yang pertama di Indonesia. Dia menambahkan, “Kami berharap dengan hadirnya layanan ini, bisnis bank emas BSI dapat mempercepat pertumbuhan perusahaan dan menciptakan potensi pasar yang sangat besar, dengan estimasi nilai bisnis sekitar Rp280 triliun."
Hery juga yakin bahwa layanan bank emas ini akan memberikan efek multiplier yang signifikan bagi perekonomian, memungkinkan inklusivitas dalam investasi emas, baik untuk investor pemula maupun yang sudah berpengalaman. Ini sejalan dengan prediksi bahwa Bank Emas mampu meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) hingga Rp245 triliun, investasi Rp47,4 triliun, dan meningkatkan peredaran uang hingga Rp156 triliun.
Langkah Strategis Menuju Kemandirian Ekonomi
Presiden Prabowo Subianto, dalam sambutannya, menyebut peluncuran layanan bank emas ini sebagai langkah strategis dalam memposisikan Indonesia sebagai pemain penting di industri emas global, sejajar dengan pusat ekonomi seperti Singapura dan Dubai. Terobosan ini diharapkan menjadi salah satu pencapaian penting saat negara ini menginjak usia pendidikan yang ke-80 pada tahun mendatang.
Peluncuran layanan ini tak hanya menjadi tonggak penting bagi BSI, tapi juga membuka jalan bagi peningkatan integrasi antara sektor perbankan dan industri logam mulia, yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.