PLTA

AHY Dorong PLTA Jatigede Kembangkan Solar Terapung Nasional

AHY Dorong PLTA Jatigede Kembangkan Solar Terapung Nasional
AHY Dorong PLTA Jatigede Kembangkan Solar Terapung Nasional

JAKARTA - Bendungan Jatigede, yang terletak di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, kini telah resmi berfungsi tidak hanya sebagai penampung air dan pengendali banjir, tetapi juga sebagai sumber energi listrik yang strategis. 

Infrastruktur ini menjadi salah satu proyek vital nasional yang memegang peranan penting dalam menjaga ketahanan air, penyediaan energi, dan bahkan mendorong sektor pariwisata di wilayah sekitarnya.

Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menekankan bahwa Bendungan Jatigede memiliki nilai strategis sebagai objek vital nasional. 

“Bendungan ini memiliki nilai strategis sebagai objek vital nasional. Dari kapasitas dan perannya, Jatigede menjadi salah satu penopang utama pembangunan di Jawa Barat,” ujar AHY.

Bendungan ini berdiri di atas lahan seluas sekitar 4.800 hektare dan memiliki berbagai fungsi. Selain sebagai sumber air baku, Jatigede juga mengairi sawah di Sumedang, Indramayu, Cirebon, dan Majalengka. Dengan keberadaan bendungan ini, pemerintah berharap dapat mewujudkan swasembada pangan nasional.

“Kita ingin mewujudkan swasembada pangan. Sawah-sawah di sekitar kawasan ini mendapat pasokan air dari Bendungan Jatigede,” tambah AHY.

Selain mendukung sektor pertanian, bendungan ini juga berperan penting dalam menekan risiko banjir. Daerah hulu Garut hingga kawasan hilir Indramayu kerap terdampak banjir, dan keberadaan Jatigede membantu mengurangi potensi kerugian akibat bencana tersebut.

Dari sisi energi, Bendungan Jatigede telah dilengkapi dengan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dengan kapasitas 110 megawatt melalui dua turbin yang beroperasi penuh. 

PLTA ini berperan signifikan dalam memasok listrik ke jaringan regional Jawa Barat, sekaligus mendukung transisi menuju energi terbarukan. AHY menekankan pemanfaatan potensi energi lain di kawasan bendungan, yaitu pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terapung (PLTS).

“Floating solar panel bisa menjadi solusi jangka panjang yang efisien. Jika terealisasi, pasokan listrik dari Jatigede dapat meningkat hingga dua kali lipat dibanding kondisi saat ini,” jelas AHY. 

Implementasi PLTS terapung ini diharapkan mampu memaksimalkan penggunaan bendungan tanpa mengganggu fungsi utama sebagai penampung air dan pengendali banjir.

Pengembangan PLTS terapung di Jatigede bukan hanya soal menambah kapasitas listrik, tetapi juga memanfaatkan teknologi modern yang memungkinkan panel surya bertahan di lingkungan air yang dinamis. Fasilitas ini dapat beradaptasi dengan perubahan suhu, gelombang, dan kondisi air, sehingga menghasilkan listrik secara efisien dan stabil.

Selain aspek teknis, AHY menekankan pentingnya pemberdayaan masyarakat sekitar bendungan. Kehadiran PLTA dan PLTS terapung diharapkan membuka peluang ekonomi baru, mulai dari penciptaan lapangan kerja hingga pengembangan keterampilan teknis bagi warga lokal. 

Hal ini bertujuan agar manfaat pembangunan infrastruktur tidak hanya dirasakan dalam bentuk energi, tetapi juga dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Pemerintah dan pengelola PLTA juga menyiapkan sistem monitoring modern untuk memastikan semua turbin dan panel surya beroperasi optimal. Dengan sistem ini, kendala teknis dapat segera diidentifikasi dan diperbaiki, menjaga pasokan listrik tetap stabil dan aman.

Keberadaan PLTA Jatigede dan rencana pengembangan PLTS terapung menjadi simbol komitmen Indonesia dalam transisi energi. Infrastruktur ini menunjukkan bahwa pemanfaatan sumber daya alam dapat dilakukan secara berkelanjutan, menyeimbangkan kebutuhan energi, kelestarian lingkungan, dan kepentingan sosial masyarakat.

AHY juga menegaskan bahwa kesuksesan PLTA Jatigede dapat menjadi contoh bagi pengembangan proyek energi terbarukan lainnya. Kombinasi PLTA dan PLTS terapung menunjukkan bahwa bendungan dapat berfungsi multifungsi: mendukung pertanian, mengendalikan banjir, menyediakan listrik, dan menjadi laboratorium inovasi energi bersih.

Selain sektor energi, Bendungan Jatigede memiliki potensi pariwisata yang cukup besar. Panorama alam di sekitar bendungan menarik minat pengunjung lokal maupun mancanegara. Sinergi antara energi, pertanian, dan pariwisata diharapkan mendorong pembangunan wilayah secara holistik dan berkelanjutan.

Dengan kapasitas PLTA sebesar 110 MW dan kemungkinan tambahan dari PLTS terapung, Bendungan Jatigede dapat memasok listrik untuk puluhan ribu rumah tangga, mendukung industri lokal, serta memperkuat ketahanan energi di Jawa Barat dan sekitarnya. Keberadaan bendungan ini menegaskan posisi strategis Indonesia dalam pembangunan energi berkelanjutan.

AHY menutup kunjungannya dengan mengingatkan pentingnya inovasi berkelanjutan. 

“Kita harus memanfaatkan setiap peluang untuk meningkatkan kapasitas energi terbarukan, sembari memastikan manfaatnya dirasakan oleh masyarakat sekitar,” tuturnya. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk membangun infrastruktur energi yang handal, ramah lingkungan, dan berkelanjutan.

Bendungan Jatigede, dengan PLTA 110 MW dan rencana pengembangan PLTS terapung, menjadi bukti nyata bagaimana infrastruktur strategis dapat memberikan manfaat multifungsi. 

Dari pertanian hingga energi, dari pengendalian banjir hingga peluang pariwisata, proyek ini menjadi contoh nyata sinergi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat dalam pembangunan berkelanjutan.

Keberhasilan PLTA Jatigede menjadi inspirasi bagi proyek energi baru terbarukan di seluruh Indonesia. Dengan rencana pengembangan PLTS terapung, kapasitas listrik bendungan bisa meningkat signifikan, sekaligus menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. 

Proyek ini menegaskan bahwa energi bersih dapat dikembangkan secara berkelanjutan tanpa mengorbankan fungsi utama bendungan dan ekosistem di sekitarnya.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index