Anies Baswedan Kagumi Sistem Pelayanan Taiwan Ramah

Rabu, 02 Juli 2025 | 11:59:43 WIB
Anies Baswedan Kagumi Sistem Pelayanan Taiwan Ramah

JAKARTA - Kunjungan pertama Anies Baswedan ke Taiwan meninggalkan kesan mendalam yang jauh dari sekadar kunjungan biasa. Mantan Gubernur DKI Jakarta dan mantan Menteri Pendidikan ini tidak hanya bertemu pejabat setempat, tetapi juga merasakan nilai-nilai keramahan yang melekat dalam budaya pelayanan publik di negara tersebut.

Dalam sebuah wawancara di kanal YouTube, Anies mengungkapkan bagaimana interaksi sederhana namun bermakna di Bandara Internasional Taoyuan membuka wawasannya terhadap pendekatan pelayanan Taiwan. Sapaan hangat dalam bahasa Indonesia dari seorang petugas keamanan WNI di bandara itu menjadi awal dari kekagumannya.

“Ini adalah sebuah bangsa yang menyambut tamu dengan pendekatan yang ramah,” kata Anies.

Keramahan yang Mencerminkan Kebijakan Inklusif

Kesan positif itu bukan hanya soal kehangatan sapaan, tetapi juga sistem yang mendukungnya. Anies menjelaskan bahwa petugas keamanan yang menyapanya tidak hanya sekadar fasih berbahasa Indonesia, melainkan menguasai tujuh bahasa asing, meski hanya lima yang tercatat secara resmi. Hal ini menunjukkan investasi Taiwan dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang mampu berkomunikasi dengan pendatang dari berbagai latar belakang.

“Ketika saya ngobrol, dia bisa berbahasa tujuh (bahasa asing) walaupun yang dicatatnya lima,” ujar Anies.

Menurutnya, kebijakan ini sangat menarik karena tidak menuntut para pendatang menyesuaikan diri dengan bahasa lokal, melainkan justru petugas publik yang menyesuaikan bahasa mereka. Pendekatan ini mencerminkan keterbukaan dan orientasi Taiwan dalam menyambut tamu dan wisatawan.

“Ini menggambarkan satu kebijakan yang menarik bahwa ramah pendatang, bukan pendatangnya yang harus belajar bahasa lokal tapi petugas-petugas di bandaranya yang menguasai bahasanya tamu,” tambahnya.

Meritokrasi dan Profesionalisme dalam Sistem Keamanan

Selain keramahan, Anies juga memuji sistem seleksi tenaga kerja di Taiwan, khususnya di sektor keamanan. Ia menyatakan bahwa proses rekrutmen di sana berjalan secara profesional dan adil, berdasarkan meritokrasi, tanpa campur tangan nepotisme atau “orang dalam”.

“Dari situ saya mendapatkan gambaran berarti di sini ada sistem meritokrasi dan saya bangga bahwa dengan meritokrasi itu WNI bisa masuk, pekerja migran kita itu lolos, dan ini adalah satu citra awal yang saya dapat,” jelas Anies.

Hal ini tidak hanya memberikan gambaran positif tentang kebijakan ketenagakerjaan Taiwan, tetapi juga menunjukkan bagaimana pekerja migran Indonesia dapat bersaing secara kompetitif dalam sistem yang transparan dan adil.

Kebanggaan Terhadap Tenaga Kerja Indonesia di Taiwan

Anies tidak bisa menyembunyikan rasa bangganya terhadap pekerja migran Indonesia yang berkontribusi secara signifikan di Taiwan. Menurutnya, keberadaan mereka di posisi strategis dalam pelayanan publik merupakan cerminan kualitas dan daya saing tenaga kerja Indonesia di luar negeri.

Keberhasilan ini menjadi bukti bahwa tenaga kerja Indonesia tidak hanya sekadar memenuhi kebutuhan ekonomi, tetapi juga mampu menunjukkan kemampuan dan profesionalisme di negara lain, berkat sistem yang menghargai kemampuan dan prestasi.

Refleksi untuk Pelayanan Publik di Indonesia

Meski kunjungannya bukan bagian dari agenda diplomatik resmi, Anies memberikan refleksi yang penting untuk Indonesia, terutama dalam konteks peningkatan kualitas pelayanan publik dan reformasi birokrasi yang masih menjadi perhatian nasional.

Narasi Anies tidak serta merta kritik langsung terhadap kondisi dalam negeri, melainkan undangan halus untuk belajar dari keberhasilan Taiwan dalam mengelola pelayanan publik dan kebijakan ketenagakerjaan.

Sebagai tokoh yang dikenal dengan visi perubahan dan inovasi, Anies menunjukkan sikap terbuka terhadap pembelajaran lintas negara. Pengalamannya di Taiwan bisa menjadi bahan pertimbangan penting bagi pemangku kebijakan Indonesia.

Merajut Nilai Keramahan dan Meritokrasi di Era Globalisasi

Dalam dunia yang semakin terhubung, keramahan dan meritokrasi bukan hanya budaya, tetapi juga aset strategis bagi reputasi dan daya saing sebuah bangsa di kancah internasional.

Anies, lulusan Universitas Gadjah Mada, Universitas Maryland, dan doktor dari Northern Illinois University, menekankan nilai meritokrasi dan pelayanan yang berorientasi kepada warga sebagai kunci kemajuan. Pengalamannya melihat langsung sistem pelayanan Taiwan mempertegas hal tersebut.

Interaksi kecil di bandara yang dialami Anies menjadi gambaran besar tentang bagaimana sebuah negara bisa merangkul tamunya dengan inklusivitas dan profesionalisme. Ini adalah pelajaran penting bagi Indonesia untuk terus memperbaiki pelayanan publik dan memberi ruang bagi talenta terbaik berdasarkan kemampuan.

Pelajaran Berharga dari Taiwan untuk Indonesia

Kunjungan Anies Baswedan ke Taiwan mengajarkan bahwa nilai-nilai keramahan dan meritokrasi bisa menjadi fondasi kuat dalam pelayanan publik dan ketenagakerjaan. Taiwan menunjukkan bahwa sistem yang inklusif dan adil mampu meningkatkan citra negara serta memperkuat daya saing bangsa di mata dunia.

Pengalaman ini mengingatkan Indonesia untuk terus berinovasi dan membuka diri belajar dari praktik terbaik internasional demi kemajuan pelayanan dan pengelolaan sumber daya manusia yang lebih baik. Sri Anies Baswedan menegaskan bahwa pelayanan publik yang responsif dan berorientasi pada kebutuhan warga harus menjadi prioritas nasional.

Terkini

Jadwal KRL Jogja Solo Pekan Ini September 2025

Senin, 15 September 2025 | 17:44:52 WIB

Olahraga 30 Menit Sehari Jaga Gula Darah Tinggi

Senin, 15 September 2025 | 17:44:50 WIB

Jadwal Timnas Futsal Indonesia di Four Nations Cup

Senin, 15 September 2025 | 17:44:49 WIB

Klasemen MotoGP 2025: Marc Marquez Kuasai Puncak

Senin, 15 September 2025 | 17:44:46 WIB

Jadwal Turnamen Badminton Hari Ini PBSI Update Terbaru

Senin, 15 September 2025 | 17:44:44 WIB