JAKARTA - Keberhasilan Tim Nasional (Timnas) U-17 Indonesia melangkah ke ajang Piala Dunia U-17 2025 di Qatar menciptakan sejarah baru dalam dunia sepak bola Tanah Air. Untuk pertama kalinya, Indonesia berhasil memastikan diri lolos ke turnamen bergengsi tersebut melalui jalur kualifikasi, usai kemenangan meyakinkan 4-1 atas Yaman pada babak grup Kualifikasi Piala Asia U-17 2025.
Pencapaian ini menjadi momen bersejarah sekaligus pemicu semangat baru bagi publik sepak bola nasional. Euforia menyelimuti jagat maya, di mana dukungan terhadap pelatih Timnas U-17 Indonesia, Nova Arianto, terus mengalir deras. Kampanye dukungan bertagar "Kawal Coach Nova" menggema di media sosial, menyerukan agar pelatih muda tersebut terus menakhodai skuad Garuda Muda hingga berlaga di putaran final Piala Dunia U-17 pada November 2025 mendatang.
Namun, di tengah derasnya dukungan publik tersebut, Ketua Umum PSSI Erick Thohir menegaskan bahwa keputusan terkait nasib pelatih merupakan kewenangan penuh federasi. Erick menekankan bahwa setiap evaluasi terhadap tim pelatih dilakukan secara objektif, menyeluruh, dan telah direncanakan jauh hari, bukan hasil dari tekanan publik atau keputusan sepihak.
"Saya rasa hak prerogatif pergantian pelatih itu ada di PSSI, dan kita punya perhitungan yang kalkulatif. Jadi tidak mungkin pergantian pelatih ini karena saya sendiri yang memutuskan atau sebagian Exco," ujar Erick Thohir.
Menurut Erick, federasi selalu berkomitmen menjalankan proses evaluasi yang terukur terhadap seluruh jajaran kepelatihan di semua level tim nasional. Ia menyebut, evaluasi bukanlah sesuatu yang muncul mendadak setelah hasil positif atau negatif semata, tetapi merupakan bagian dari sistem pengawasan dan perbaikan yang telah terstruktur dalam tubuh PSSI.
"Kita review total," lanjut Erick. "Jangan kita selalu terjebak pola pikir yang set back membandingkan satu dan lainnya. Kita harus move on ke masa depan."
Dalam kesempatan yang sama, Erick juga mengingatkan bahwa kekecewaannya terhadap hasil laga Timnas Senior melawan China beberapa waktu lalu merupakan bagian dari proses evaluasi menyeluruh yang sudah dilakukan bahkan sebelum Timnas U-17 mencetak sejarah di kualifikasi.
"Ingat kalau teman-teman media sampaikan. Saya akan me-review evaluasi Timnas Indonesia setelah pertandingan melawan Arab Saudi. Bahkan saya bicara kecewa berat dengan hasil melawan China waktu pertandingan di China," ujarnya.
Erick menilai, sistem evaluasi yang dilakukan PSSI tidak semata-mata bertumpu pada hasil akhir pertandingan, melainkan juga memperhatikan aspek perkembangan jangka panjang tim, kesiapan mental, taktik, dan pembinaan pemain muda. Dalam hal ini, keberhasilan Nova Arianto tidak hanya diukur dari hasil akhir pertandingan, tetapi juga dari proses panjang yang telah ia lalui dalam membina dan membentuk mentalitas para pemain muda Indonesia.
"Kesuksesan saat ini adalah hasil kerja keras bertahun-tahun, bukan kejutan semalam," tegas Erick.
Nova Arianto sendiri merupakan sosok pelatih muda yang telah lama terlibat dalam sistem pembinaan pemain usia muda di Indonesia. Sebelum menjabat sebagai pelatih Timnas U-17, Nova telah bekerja keras membentuk fondasi kuat dalam pengembangan talenta muda melalui berbagai jenjang usia. Perjalanan panjang inilah yang menjadi landasan kepercayaan publik terhadap kemampuannya membimbing Garuda Muda ke panggung dunia.
Dukungan terhadap Nova juga datang dari kalangan internal PSSI, termasuk Direktur Teknik PSSI Indra Sjafri. Dalam beberapa kesempatan, Indra menyatakan keyakinannya terhadap pendekatan kepelatihan Nova yang dinilai mampu membangun karakter dan semangat kompetitif pemain muda.
Sementara itu, publik berharap PSSI dapat bersikap bijak dalam mengambil keputusan strategis menjelang Piala Dunia U-17. Sejumlah pengamat sepak bola nasional menilai konsistensi dan kesinambungan dalam kepelatihan menjadi faktor penting dalam mempersiapkan tim menghadapi turnamen internasional sekelas Piala Dunia.
Pakar sepak bola nasional, Ronny Pangemanan, menyebut bahwa peran pelatih dalam membentuk chemistry tim tak bisa digantikan dalam waktu singkat. "Pelatih yang sudah mengenal karakter pemain dan membentuk sistem permainan yang solid akan lebih mudah membawa tim tampil optimal di level dunia," kata Ronny.
Ia juga menyoroti pentingnya kepercayaan federasi terhadap proses jangka panjang, bukan sekadar hasil instan. "PSSI harus bisa melihat gambaran besar. Kalau Nova sudah membuktikan bisa bawa tim ke Piala Dunia, mestinya dia diberi kesempatan untuk melanjutkan pekerjaan yang sudah dimulai," tambahnya.
Dalam konteks pengambilan keputusan, Erick Thohir kembali menegaskan bahwa federasi tidak akan tergesa-gesa dan akan memprioritaskan kepentingan tim nasional. Evaluasi akan dilakukan berdasarkan data dan pencapaian konkret, serta mempertimbangkan masukan dari seluruh pemangku kepentingan di tubuh federasi.
"Kita harus punya mindset jangka panjang. Jangan terjebak pada euforia atau tekanan sesaat. Kita ingin membangun timnas yang tangguh secara berkelanjutan," ucap Erick.
Dengan waktu sekitar tujuh bulan menuju Piala Dunia U-17, PSSI menghadapi tantangan penting dalam menyusun peta jalan persiapan skuad Garuda Muda. Selain keputusan terkait pelatih, sejumlah agenda penting seperti uji coba internasional, pemusatan latihan di luar negeri, serta peningkatan kualitas fasilitas latihan menjadi perhatian utama.
Di sisi lain, para pemain muda yang telah menunjukkan performa menjanjikan di kualifikasi juga diharapkan mendapatkan pendampingan maksimal agar bisa tampil prima di ajang internasional. Program pengembangan mental, gizi, dan pendampingan psikologis menjadi bagian dari pendekatan menyeluruh yang tengah disiapkan oleh PSSI.
Ke depan, publik sepak bola Indonesia menaruh harapan besar terhadap konsistensi dan profesionalisme PSSI dalam membangun tim nasional dari level usia muda. Evaluasi yang objektif, dukungan terhadap proses panjang, serta komitmen terhadap visi jangka panjang akan menjadi fondasi penting untuk mencetak prestasi lebih tinggi di masa mendatang.
Dengan langkah-langkah strategis yang tepat, keberhasilan Timnas U-17 menembus Piala Dunia bukanlah akhir perjalanan, melainkan awal dari era baru kebangkitan sepak bola Indonesia di kancah dunia.